6- 15 Maret
2010. Kenangan yang tak terlupakan sepanjang hidup.
Ini dia kisahnya
... Kisah seseorang yang tak akan hilang dari ingatanku.
Tentu dia ingat
tanggal ini, dimana dia untuk kesekian kalinya turun ke pertandingan salah satu
cabang olahraga. Salah satu event olahraga Kabupaten Kebumen, sebuah ajang
bergengsi untuk diikuti pelajar-pelajar di Kabupaten Kebumen. Hadiahnya cukup
membanggakan, sehingga semua peserta berlomba-lomba memperebutkannya. Ini
berawal saat di kelas VII SMP, dia memutuskan untuk mengikuti salah satu ekskul
di sekolahnya. Ya jarang sekali perempuan sepertinya mengikuti ekskul seperti
ini, tapi inilah keputusannya dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang
harus ia hadapi. Dia berlatih setiap hari selasa dan kamis. Dia berusaha
semaksimal mungkin untuk menghadapi event-event seperti itu. Jauh-jauh hari
menjelang event besar ini, pak Guru menyeleksi anak-anak untuk mengikutinya.
Dari sekian banyak anggota, dia menjadi salah satu yang terpilih mewakili sekolahnya.
Saat itu, ada banyak peserta dari kontingen sekolahnya, sekitar 20 anak.
Perjuangan dimulai dari sini. Beberapa bulan menjelang event lomba, latihan
terus digencarkan. Dari pagi sampe sore, hari ini, lusa, dan besok nya lagi, ah
begitu melelahkan katanya. Belum lagi dia harus menghindari makanan yang dapat
membuatnya drop. Dia ingat betul ketika pak Guru melarangnya minum es, Nanti
kamu tidak kuat di matras hijau itu, kata beliau. Padahal dia suka sekali
dengan es. Setiap mau ke kantin dia selalu ingin minum es, tapi melihat
larangan ini, dia tak berani minum es. Dia begitu lugu, tak berani melanggar
aturan. Dia juga tidak diijinkan makan buah melon, pisang ambon, dan harus
memperbanyak makan sayuran seperti kluban, pecel, dan lainnya. Lari keliling
desa, lompat, olahraga adalah makanan tiap hari baginya, sampai beberapa
keluarganya pun sempat tak tega melihatnya begitu lelah menjalankan rutinitas
seperti ini. ‘Tenang saja, rutinitas seperti ini hanya dilakukan beberapa bulan
menjelang event itu, setelah itu aku juga akan kembali seperti biasanya’. Hal
ini yang membuat orang-orang disekitarnya merasa sedikit lega meskipun
sebenarnya tak tega. Waktu tidak lama lagi, event itu semakin mendekat. Ada
perasaan takut, tidak percaya diri, nerveos, atau apalah. Singkat cerita, sehari
menjelang pertandingan, pendaftaran peserta pun dibuka. Peserta berdatangan
dari berbagai penjuru kecamatan. Banyak sekali lawanku, pikirnya. Tapi sosok
pembina selalu ada saat anak didiknya merasa down. Semangat. Penimbangan pun
dilakukan untuk menentukan kelas mana yang akan dimasuki. Saat itu dia memiliki
berat badan 47 kg. Dia masuk kelas J putri, kelas berat ternyata.
Never mind.
Sepulang pendaftaran mereka kembali ke sekolah, disana mereka menerima
petuah-petuah dari sang pembina. Esok harinya mereka berangkat ke tempat
pertandingan. Sesampainya disana, merka langsung ribut melihat berapa banyak
lawannya siapa lawannya. Dia langsung mencari namanya tepat di kolom J Putri.
Disana ada namanya, dan dilihat ada 7 peserta yang harus ia kalahkan. ‘Kau pasti
bisa dapat juara, lihat kamu harus memenangkan tiga pertandingan kamu akan
masuk final’. Energi positif mengalir di dirinya. Pertandingan dimulai sekitar
pukul delapan. Satu persatu peserta bertanding, hasilnya ada yang lolos babak
selanjutnya, ada yang harus berhenti pada saat itu juga. Tibalah saatnya di
harus bertanding. Setengah jam sebelum pertandingan atau sekitar 4 pertandingan
sebelumnya dia harus melakukan pemanasan dan persiapan. Satu pertandingan
sebelumnya, dia dan lawannya harus menimbang ulang. Masih sesuai kelas.
Berganti pakaian atlet, sedia minum, kotak P3K, dan sebagainya. Dia tak lupa
meminta maaf dan dukungan dari teman-temannya, termasuk aku. Aku akan selalu
ada untuknya. Ketika namanya dipanggil dia langsung menuju matras hijau. Lihatlah,
wajahnya begitu menenangkan, yang sebenarnya adalah dia takut, grogi, tidak
pede, bergabung jadi satu, tapi itulah dia, wajah yang sesungguhnya, wajah yang
menenangkan. Pertandingan dimulai. Selama pertandingan, aku tak melepaskan
pandanganku darinya. Dia begitu lincah, gesit, keras. Sebuah pukulan mendarat
di tubuhnya, tidak apa, dia pasti kuat. Beberapa waktu berlalu, saatnya
pengumuman pemenang. Hai, dia menampakkan wajahnya yang asli. Namanya keluar
sebagai pemenang pada pertandingan kali ini. Aku lihat senyum bahagianya, tak
henti-hentinya dia mengucapkan syukur kepada Tuhan. Aku tak lupa mengucapkan
selamat kepadanya, bahkan aku yang pertama kali mengucapkannya. Aku tak ingin
ada orang lain mendahuluiku. Satu pertandingan terlewati, masih ada 2 pertandingan
yang harus dilaluinya. Singkat cerita di pertandingan kedua, dia menang lagi,
lolos ke babak selanjutnya. Perempat final. Pertandingan ketiga, saat yang
paling menentukan apakah dia masuk final atau berhenti sebagai juara ketiga
atau keempat. Dia kelelahan, wajahnya tak meyakinkan. Anggota lainnya khawatir
akan kesehatannya. Teman-temannya menanyakan apakah dia siap menghadapi ini?,
mereka tidak yakin dengan kondisinya saat itu. Tapi tahukah kamu, apa keputusan
yang dia ambil? Tepat sekali, dia memutuskan untuk tetap bertanding. Aku
sepenuhnya percaya padanya, dan mendukungnya. Sama seperti pertandingan
sebelumnya, dia harus mempersiapkan segala sesuatunya. Ya, namanya dipanggil
untuk terjun di matras hijau. Pertandingan yang melelahkan untuknya, disaat
kondisinya kurang fit, tapi dia tetap memaksakan kehendaknya, dia yakin dengan
dirinya. Aku begitu bahagia ketika namanya disebutkan untuk memastikan dia
masuk babak final. Lihatlah, senyumnya pada saat itu. Lolosnya dia ke babak
final diikuti beberapa anggota dari SMP nya yang juga lolos babak final. Esok
hari. Dia pulang dengan langkah gontai, aku tahu itu. Sesampainya di rumah,
“bruk” dia ambruk dan terjatuh...
Waaaaa!
-catatan Eno-